Konferensi Tingkat Tinggi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara
Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN
1. 23‒24 Februari 1976 Indonesia
Bali
2. 4‒5 Agustus 1977 Malaysia
Kuala Lumpur
3. 14‒15 Desember 1987 Filipina
Manila
4. 27‒29 Januari 1992 Singapura
Singapura
5. 14‒15 Desember 1995 Thailand
Bangkok
6. 15‒16 Desember 1998 Vietnam
Hanoi
7. 5‒6 November 2001 Brunei
Bandar Seri Begawan
8. 4‒5 November 2002 Kamboja
Phnom Penh
9. 7‒8 Oktober 2003 Indonesia
Bali
10. 29‒30 November 2004 Laos
Vientiane
11. 12‒14 Desember 2005 Malaysia
Kuala Lumpur
12. 11‒14 Januari 20071,2 Filipina
Cebu
13. 18‒22 November 2007 Singapura
Singapura
14. 27 Februari-1 Maret 2009[1]3
Thailand
Cha Am, Hua Hin
15. 23 Oktober 2009 Thailand
Cha Am, Hua Hin
16. 8-9 April 2010 Vietnam
Hanoi
KTT Tidak Resmi
1. 30 November 1996 Indonesia
Jakarta
2. 14‒16 Desember 1997 Malaysia
Kuala Lumpur
3. 27‒28 November 1999 Filipina
Manila
4. 22‒25 November 2000 Singapura
Singapura
Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa ASEAN
1. 6 Januari 2005 Indonesia
Jakarta
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN adalah pertemuan puncak antara pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN yang diselenggarakan setiap tahunnya sejak KTT ke-7 tahun 2001.
Sejak dibentuknya ASEAN telah berlangsung 14 kali KTT resmi, 4 KTT tidak resmi, dan 1 KTT Luar Biasa.
Hasil dari KTT Resmi ASEAN
KTT ke-1
• Deklarasi Kerukunan ASEAN; Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara (TAC); serta Persetujuan Pembentukan Sekretariat ASEAN.
KTT ke-2
• Pencetusan Bali Concord 1.
KTT ke-3
• Mengesahkan kembali prinsip-prinsip dasar ASEAN.
• Solidaritas kerjasama ASEAN dalam segala bidang.
• Melibatkan masyarakat di negara-negara anggota ASEAN dengan memperbesar peranan swasta dalam kerjasama ASEAN.
• Usaha bersama dalam menjaga keamanan stabilitas dan pertumbuhan kawasan ASEAN.
KTT ke-4
• ASEAN dibentuk Dewan ASEAN Free Trade Area (AFTA) untuk mengawasi, melaksanakan koordinasi.
• Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan Skema Tarif Preferensi Efektif Bersama (Common Effective Preferential Tariff/CEPT) menuju Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN.
KTT ke-5
• Membicarakan upaya memasukan Kamboja, Laos, Vietnam menjadi anggota serta memperkuat identitas ASEAN.
KTT ke-6
• Pemimpin ASEAN menetapkan Statement of Bold Measures yang juga berisikan komitmen mereka terhadap AFTA dan kesepakatan untuk mempercepat pemberlakuan AFTA dari tahun 2003 menjadi tahun 2002 bagi enam negara penandatangan skema CEPT, yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.
KTT ke-7
• Mengeluarkan deklarasi HIV/AIDS.
• Mengeluarkan deklarasi Terorisme, karena menyangkut serangan terorisme pada gedung WTC di Amerika.
KTT ke-8
• Pengeluaran deklarasi Terorisme, bagaimana cara-cara pencegahan.
• Pengesahan ASEAN Tourism Agreement.
KTT ke-9
• Pencetusan Bali Concord II yang akan dideklarasikan itu berisi tiga konsep komunitas ASEAN yang terdiri dari tiga pilar, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASSC).
KTT ke-10
• Program Aksi Vientiane (Vientiane Action Program) yang diluluskan dalam konferensi tersebut menekankan perlunya mempersempit kesenjangan perkembangan antara 10 negara anggota ASEAN, memperluas hubungan kerja sama dengan para mitra untuk membangun sebuah masyarakat ASEAN yang terbuka terhadap dunia luar dan penuh vitalitas pada tahun 2020.
KTT ke-11
• Perjanjian perdagangan jasa demi kerja sama ekonomi yang komprehensif dengan Korea Selatan, memorandum of understanding (MoU) pendirian ASEAN-Korea Center, dan dokumen hasil KTT Asia Timur yang diberi label Deklarasi Singapura atas Perubahan Iklim, Energi, dan Lingkungan Hidup.
KTT ke-12
• Membahas masalah-masalah mengenai keamanan kawasan, perundingan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), keamanan energi Asia Tenggara, pencegahan dan pengendalian penyakit AIDS serta masalah nuklir Semenanjung Korea.
KTT ke-13
• Penandatanganan beberapa kesepakatan, antara lain seperti perjanjian perdagangan dalam kerangka kerjasama ekonomi dan penandatangan kerjasama ASEAN dengan Korea Center, menyepakati ASEAN Center.
KTT ke-14
• Penandatanganan persetujuan pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru
KTT ke-15
Para kepala negara ASEAN meresmikan ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR), sekaligus mengesahkan deklarasi dalam rangka menyambut terbentuknya AICHR.
Hasil dari KTT Tidak Resmi ASEAN
KTT Tidak Resmi ke-1
• Kesepakatan untuk menerima Kamboja, Laos, dan Myanmar sebagai anggota penuh ASEAN secara bersamaan.
KTT Tidak Resmi ke-2
• Sepakat untuk mencanangkan Visi ASEAN 2020 yang mencakup seluruh aspek yang ingin dicapai bangsa-bangsa Asia Tengara dalam memasuki abad 21, baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial budaya.
KTT Tidak Resmi ke-3
• Kesepakatan untuk mengembangkan kerja sama di bidang pembangunan ekonomi, sosial, politik dan keamanan serta melanjutkan reformasi struktural guna meningkatkan kerja sama untuk pertumbuhan ekonomi di kawasan.
KTT Tidak Resmi ke-4
• Sepakat untuk pembangunan proyek jalur kereta api yang menghubungkan Singapura hingga Cina bahkan Eropa guna meningkatkan arus wisatawan.
KTT Luar Biasa (Jakarta 6 Januari 2005)
• Pembahasan bagaimana penanggulangan dan solusi menghadapi Gempa atau Tsunami.
Gerakan Non-Blok
Gerakan Non-Blok (GNB) (bahasa Inggris: Non-Aligned Movement/NAM) adalah suatu organisasi internasional yang terdiri dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar apapun. Tujuan dari organisasi ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok" dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan menentang segala bentuk blok politik.[1] Mereka merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir 2/3 keangotaan PBB. Negara-negara yang telah menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi (KTT) Non-Blok termasuk Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan dan Malaysia.
Anggota-anggota penting di antaranya Yugoslavia, India, Mesir, Indonesia, Pakistan, Kuba, Kolombia, Venezuela, Afrika Selatan, Iran, Malaysia, dan untuk suatu masa, Republik Rakyat Cina. Meskipun organisasi ini dimaksudkan untuk menjadi aliansi yang dekat seperti NATO atau Pakta Warsawa, negara-negara anggotanya tidak pernah mempunyai kedekatan yang diinginkan dan banyak anggotanya yang akhirnya diajak beraliansi salah satu negara-negara adidaya tersebut. Misalnya, Kuba mempunyai hubungan yang dekat dengan Uni Soviet pada masa Perang Dingin. Atau India yang bersekutu dengan Uni Soviet untuk melawan Tiongkok selama beberapa tahun. Lebih buruk lagi, beberapa anggota bahkan terlibat konflik dengan anggota lainnya, seperti misalnya konflik antara India dengan Pakistan, Iran dengan Irak. Gerakan ini sempat terpecah pada saat Uni Soviet menginvasi Afganistan pada tahun 1979. Ketika itu, seluruh sekutu Soviet mendukung invasi sementara anggota GNB, terutama negara dengan mayoritas muslim, tidak mungkin melakukan hal yang sama untuk Afghanistan akibat adanya perjanjian nonintervensi.
Sejarah
Kata "Non-Blok" diperkenalkan pertama kali[rujukan?] oleh Perdana Menteri India Nehru dalam pidatonya tahun 1954 di Colombo, Sri Lanka. Dalam pidato itu, Nehru menjelaskan lima pilar yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk membentuk relasi Sino-India yang disebut dengan Panchsheel (lima pengendali). Prinsip ini kemudian digunakan sebagai basis dari Gerakan Non-Blok. Lima prinsip tersebut adalah:
1. Saling menghormati integritas teritorial dan kedaulatan.
2. Perjanjian non-agresi
3. Tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara lain
4. Kesetaraan dan keuntungan bersama
5. Menjaga perdamaian
Gerakan Non-Blok sendiri bermula dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika sebuah konferensi yang diadakan di Bandung, Indonesia, pada tahun 1955. Di sana, negara-negara yang tidak berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur. Pendiri dari gerakan ini adalah lima pemimpin dunia: Josip Broz Tito presiden Yugoslavia, Soekarno presiden Indonesia, Gamal Abdul Nasser presiden Mesir, Pandit Jawaharlal Nehru perdana menteri India, dan Kwame Nkrumah dari Ghana.
Gerakan ini sempat kehilangan kredibilitasnya pada akhir tahun1960-an ketika anggota-anggotanya mulai terpecah dan bergabung bersama Blok lain, terutama Blok Timur. Muncul pertanyaan bagaimana sebuah negara yang bersekutu dengan Uni Soviet seperti Kuba bisa mengklaim dirinya sebagai negara nonblok. Gerakan ini kemudian terpecah sepenuhnya pada masa invasi Soviet terhadap Afghanistan tahun 1979.
Pertemuan GNB
Normalnya, pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun sekali. Negara yang pernah menjadi tuan rumah KTT GNB di antaranya Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan, dan Malaysia. Biasanya setelah mengadakan konferensi, kepala negara atau kepala pemerintahan yang menjadi tuan rumah konferensi itu akan dijadikan ketua gerakan untuk masa jabatan tiga tahun.
Pertemuan berikutnya diadakan di Kairo pada 1964. Pertemuan tersebut dihadiri 56 negara anggota di mana anggota-anggota barunya datang dari negara-negara merdeka baru di Afrika. Kebanyakan dari pertemuan itu digunakan untuk mendiskusikan konflik Arab-Israel dan Perang India-Pakistan.
Pertemuan pertama GNB terjadi di Beograd pada September 1961 dan dihadiri oleh 25 anggota, masing-masing 11 dari Asia dan Afrika bersama dengan Yugoslavia, Kuba dan Siprus. Kelompok ini mendedikasikan dirinya untuk melawan kolonialisme, imperialisme dan neo-kolonialisme.
Pertemuan pada tahun 1969 di Lusaka dihadiri oleh 54 negara dan merupakan salah satu yang paling penting dengan gerakan tersebut membentuk sebuah organisasi permanen untuk menciptakan hubungan ekonomi dan politik. Kenneth Kauda memainkan peranan yang penting dalam even-even tersebut.
Pertemuan paling baru (ke-13) diadakan di Malaysia dari 20-25 Februari 2003. Namun, GNB kini tampak semakin tidak mempunyai relevansi sejak berakhirnya Perang Dingin.
Prinsip dasar Non-Blok
Non-Blok didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang disepakati dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika yang dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung
Dasasila Bandung adalah sepuluh poin hasil pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika yang dilaksanakan pada April 1955 di Bandung, Indonesia. Pernyataan ini berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kedamaian dan kerjasama dunia".
Isi Dasasila Bandung
1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat didalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar mahupun kecil.
4. Tidak melakukan campur tangan atau intervensi dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain.
5. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri sendiri secara sendirian mahupun secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6. (a) Tidak menggunakan peraturan-peraturan dan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara-negara besar, (b) Tidak melakukan campur tangan terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan tindakan ataupun ancaman agresi mahupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan cara damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi, atau penyelesaian masalah hukum , ataupun lain-lain cara damai, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, yang sesuai dengan Piagam PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional
Tempat dan tanggal KTT GNB
• KTT I – Belgrade, 1 September 1961 – 6 September 1961
• KTT II – Kairo, 5 Oktober 1964 – 10 Oktober 1964
• KTT II – Lusaka, 8 September 1970 – 10 September 1970
• KTT IV – Algiers, 5 September 1973 – 9 September 1973
• KTT V – Kolombo, 16 Agustus 1976 – 19 Agustus 1976
• KTT VI – Havana, 3 September 1979 – 9 September 1979
• KTT VII – New Delhi, 7 Maret 1983 – 12 Maret 1983
• KTT VIII – Harare, 1 September 1986 – 6 September 1986
• KTT IX – Belgrade, 4 September 1989 – 7 September 1989
• KTT X – Jakarta, 1 September 1992 – 7 September 1992
• KTT XI – Cartagena de Indias, 18 Oktober 1995 – 20 Oktober 1995
• KTT XII – Durban, 2 September 1998 – 3 September 1998
• KTT XIII – Kuala Lumpur, 20 Februari 2003 – 25 Februari 2003
• KTT XIV – Havana, 11 September 2006 – 16 September 2006[5]
• KTT XV - Sharm el-Sheikh Mesir, 15-16 Juli 2009
HASIL KTT GNB
1. KTT Non Blok I
1. Tempat dan waktu penyelenggaraan di Beograd ( Yugoslavia) tanggal 1 – 6 September 1961. Tanggal pembukaan KTT Non Blok I, tanggal 1 september 1961 kemudian dinyatakan sebagai tanggal kelahiran Gerakan Non Blok.
2. Penyelenggara adalah negara Yugoslavia Presiden Josef Bros Tito menjadi ketua Gerakan Non Blok untuk pertama kalinya.
3. Dihadiri oleh 25 negara, yaitu Afganistan, Aljazair, Burma, Kamboja, Maroko, Nepal, Saudi Arabia, Kongo, Cyprus, Athiopia, Ghana, Guinea, India, Somalia, Sudan, Tunisia, Mesir, Yaman, Yugoslavia, Srilangka, Kuba, Libanon, Mali, Irak dan Indonesia dan 3 negara peninjau.
4. Hasil KTT Non Blok mengeluarkan pernyataan yang dikenal dengan nama “Deklarasi Beograd”. Garis besar isinya adalah :
1. Meminta PBB agar menyerukan kepada anggotanya untuk menghapushan penjajahan dalam segala bentuk
2. Mendesak penghentian perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur
2. KTT Non Blok II
1. Tempat dan waktu pelaksanaan, di Kairo ( Mesir ) tanggal 5 – 10 Oktober 1964.
2. Ketua Gerakan Non Blok adalah Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser.
3. Dihadiri 60 negara tediri dari 49 delegasi negara anggota dan 11 delegasi negara peninjau.
4. Keputusan yang diambil, antara lain :
1. Melakukan aksi bersama untuk membebaskan negara-negara terjajah, menghapuskan kolonialismeneokolonialisme dan imperialisme
2. Menghormati hak setiap rakyat dan bangsa untuk menentukan nasib sendiri
3. Menentang setiap diskriminasi rasial dan apartheid
4. Menyelesaikan sengketa antar bangsa secara damai sesuai
5. prinsip-prinsip PBB
6. Menentang penggunaan, pakta-pakta militer dan pangkalan militer asing
7. Menyerukan perlucutan senjata, dan larangan percobaan nuklir serta penghapusan senjata nuklir.
8. Meningkatkan kerjasama kebudayaan, penelitian dan pendidikan antar bangsa untuk kesejahteraan manusia.
3. KTT Non Blok III
1. Tempat dan waktu penyelenggaraan, di Lusaka ( Zambia) tanggal 8 – 10 September 1970.
2. Sebagai ketua Gerakan Non Blok adalah Presiden Zambia Kenneth Kaunda
3. Dihadiri oleh 59 negara
4. Pada KTT III dibahas masalah; demokratisasi, hubungan-hubungan internasional dan kerjasama ekonomi. keputusan-keputusan yang berhasil disepakati;
1. Mengujudkan kerjasama diantara negara GNB tanpa tergantung pada negara maju
2. Menuntut keadilan ekonomi dalam kerjasama ekonomi dunia.
3. Meningkatkan kerjasama dalam upaya menentang semua kekuatan yang melanggar kemerdekaan dan keutuhan wilayah negara lain.
4. Meningkatkan kerjasama antar anggota GNB dibidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. KTT Non Blok IV
1. Tempat dan waktu pelaksanaan, di Aljiers (Aljazair) tanggal 5 – 9 September 1973.
2. Ketua Non Blok adalah Presiden Aljazair Houari Boumediene
3. Dihadiri oleh 75 negara.
4. Dalam KTT IV dibahas masalah; kemungkinan kerjasama ekonomi dengan negara maju, alih teknologi ke negara berkembang, perusahaan multi nasional, pangan dunia dan ketegangan di timur tengah. Beberapa keputusan dalam KTT IV, diantaranya :
1. Mencari keseimbangan antara negara berkembang dengan negara maju khusunya dalam bidang kerjasama ekonomi agar tercipta kerjasama yang lebih adil.
2. Mengupayakan penyelesaian ketegangan di Afrika dan Timur Tengah.
3. Mengupayakan agar sumber daya alam, dapat dikelola dengan baik oleh negara-negara GNB agar tidak dikuasai negara asing.
4. Mengajukan dilakukan alih teknologi, dan pangan dunia dari negara maju
5. KTT Non Blok V
1. Tempat dan waktu penyelenggaraan, di Colombo
( Srilanka) tanggal 16 – 19 Agustus 1976
1. Sebagai ketua Geraka Non Blok adalah Perdana Menteri Srilanka Sirimavo Bandaranaike
2. Dihadiri oleh 58 negara
3. Dalam KTT V dibahas masalah; memperkokoh persatuan, bahaya perang nuklir, upaya memajukan ekonomi negara anggota termasuk Timor Timur atas usul negara Angola. Beberapa keputusan yang berhasil disepakati yakni;
1. Mengupayakan kemajuan ekonomi negara GNB melalui kerjasama dengan negara maju, yang bersifat lebih adil dalam upaya menciptakan Tata ekonomi baru dunia.
2. Berupaya menyelamatkan dunia dari ancaman perang Nuklir dengan mendesak PBB untuk lebih proaktif mengujudkan perdamaian dunia
6. KTT Non Blok VI
Pada KTT VI yang berlangsung di Havana, ditandai dengan kecenderungan perpecahan dalam tubuh Gerakan Non Blok, Kuba berusaha agar Gerakan Non Blok lebih bersahabat pada Uni Soviet. oleh karena itu, KTT berlangsung tegang, disamping adanya perbedaan pandangan antara anggota GNB yang bersifat moderat seperti Indonesia, India Yugoslavia dan Srilanka dengan angota yang bersifat radikal seperti Kuba, Aljazair dan Vietnam mengenai masalah Serangan RRC ke Vietnam, perang saudara di Kamboja dan persetujuan Camp David antara Mesir dan Israel. ketegangan baru mereda setelah tokoh pendiri Gerakan Non Blok Yosef Bros Tito memberikan penjelasan. pada KTT VI inilah Burma (Myanmar) menyatakan keluar dari tubuh Gerakan Non Blok, sebab menganggap gerakan ini tidak murni lagi.
1. Tempat dan waktu penyelenggaraan, di Havana ( Kuba) tanggal 3 – 7 September 1979
2. Sebagai ketua Gerakan Non Blok adalah Presiden Kuba Fidel Castro
3. Dihadiri oleh 92 negara
4. Dalam KTT VI dibahas masalah; Serangan RRC ke Vietnam, Perang saudara di Kamboja (invasi Vietnam) dan masalah penandatangan perjanjian damai Israel – Mesir (Perjanjian Camp David). Beberapa hasil yang berhasil dirumuskan antara lain ;
1. Menekankan kembali perlunya mempertahankan prinsip-prinsip dan kemurnian dari GNB.
2. Meningkatkan bantuan ekonomi dari negara maju kepada negara sedang berkembang.
3. Memajukan negara-negara GNB melalui 5D
(Democracy, Decdonization, Development, Détente, and
Desermament)
7. KTT Non Blok VII
KTT Non Blok VII seharusnya dilaksanakan di Baghdad (Irak) kerena terjadi perang Irak-Iran, pelaksanaannya dialihkan ke India.
1. Tempat dan waktu penyelenggaraan, di New Delhi ( India) tanggal 7 – 11 Maret 1983.
2. Ketua Gerakan Non Blok adalah Perdana Menteri India Indira Gandhi
3. KTT dihadiri oleh 101 negara
4. Dalam KTT VII dibahas masalah; Afganistan, Kamboja, masalah antar sesama anggota Non Blok dan ekonomi. Beberapa keputusan yang disepakati yaitu;
1. Mendukung perjuangan rakyat Afganistan untuk menentukan nasibnya sendiri
2. Membantu mengupayakan penyelesaian masalah Kamboja
3. Menyelesaikan masalah-masalah diantara sesama anggota Non Blok
4. Menyerukan agar negara-negara maju menghapuskan proteksionisme dan segala sesuatu yang dapat menghambat kemajuan perdagangan internasional
8. KTT Non Blok VIII
1. Tempat dan waktu penyelenggaraan, di Harare
( Zimbabwe) tanggal 1 – 6 September 1986
1. Sebagai Ketua Gerakan Non Blok adalah Presiden Zimbabwe Robert Mugabe
2. KTT dihadiri oleh 103 negara
3. Dalam KTT VIII penekanan pembahasan masalah lebih ditekankan pada aktivitas nyata GNB menyangkut masalah social ekonomi khususnya peningkatan kerjasama ekonomi antar negara GNB sendiri. Beberapa kesepakatan yang berhasil dirumuskan adalah:
1. Mengajak mengakhiri Apartheid di Afrika Selatan
2. Mengecam kebijakan Amerika Serikat terhadap Libya,dan Nicaragua. Kehadiran pasukan Uni Soviet di Afganistan dan Vietnam di Kamboja.
3. Meningkatkan kerja sama ekonomi khususnya bidang pangan dan pertanian secara nyata untuk meningkatkan standar hidup rakyat anggota Non Blok.
9. KTT Non Blok IX
1. Tempat dan waktu penyelenggaraan, di Beograd ( Yugoslavia) tanggal 4 – 7 September 1989
2. Sebagai ketua Gerakan Non Blok adalah adalah Presiden Yugoslavia Janez Dinovsek Ph.D
3. KTT IX dihadiri oleh 106 negara tercatat 60 kepala negara dan kepala pemerintahan ikut hadir dan utusan Indonesia dipimpin langsung oleh Presiden Soeharto.
4. Dalam KTT IX dibahas masalah; Irak dan Kuwait, Kamboja, Korea, Palestina dan Lebanon termasuk masalah ekonomi. Beberapa kesepakatan yang berhasil dicapai antara lain:
1. Menyambut baik pelaksanaan JIM I dan JIM II yang dinilai memberi sumbangan berarti bagi penyelesaikan masalah Kamboja.
2. Mendukung penyatuan dua Korea tanpa campur tangan asing, melalui dialog Utara-Selatan
3. Mengutuk Israel atas pengusaan wilayah Palestina dan wilayah-wilayah arab lainnya.
4. Menyambut baik masuknya Palestina menjadi anggota GNB dan menyerukan seluruh negara di dunia agar segera mengakui kemerdekaan Palestina. Mendukung penuh kedaulatan, integritas dan kesatuanLebanon yang adil.
10. KTT Non Blok X
1. Tempat dan waktu penyelenggaraan, di Jakarta ( Indonesia) tanggal 1 – 6 September 1992
2. Sebagai ketua gerakan Non Blok adalah Presiden Indonesia Soeharto
3. KTT dihadiri oleh 108 Negara
4. Dalam KTT X Dibahas masalah; Penangulangan utang luar negeri negara-negara berkembang, konflik di Yugoslavia, Palestina, kelaparan di Somalia dan masalah HAM.
Beberapa kesepakatan yang berhasil dirumuskan:
1. Mengupayakan pengurangan dan pengendalian utang-utang negara anggota GNB
2. Mendesak PBB agar segera menyelesaikan konflik dan perang saudara di bekas negara Yuoslavia.
3. Mendesak PBB agar memberi sanksi kepada Israel yang telah menduduki tanah Palestina.
4. Mendorong negara-negara anggota GNB untuk membatu rakyat Somalia yang mengalami kelaparan.
5. Mendorong negara anggota GNB untuk merumuskanmasalah HAM di negara masing-masing.
6. Mengupayakan dialog antara Utara-Selatan
7. Perlunya restrukturisasi PBB.
Selain hasil kesepakatan tersebut diatas, KTT Non Blok X juga menghasilkan Jakarta Message atau pesan Jakarta yang terjadi atas 27 pasal, yang terpenting diantaranya;
1. Menyadari kenyataan dunia internasional dewasa ini, yakni saling ketergantungan antar negara dan perlunya peningkatan kerjasama dalam berbagai bidang.
2. Mengupayakan terus menerus agar tercipta perdamaian, kemanan dan keadilan
3. Mengupayakan pembentukan tatanan dunia baru untuk mewujudkan perdamaian kemanan dan keadilan sosial.
4. Mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk mencapai kemerdekaannya.
5. Menentang politik apartheid dan diskriminasi rasial di Afrika Selatan
6. Menentang perlombaan senjata nuklir maupun konvensional
7. Melakukan upaya untuk mengatasi kerusakan lingkungan hidup, maka gerakan non blok dan mendukung hasil KTT Bumi di Rio de Janeiro
( Brasil) yang membahas lingkungan hidup
1. Meningkatkan kerjasama antar Negara Non Blok dan kerjasama Selatan-selatan
2. Menyatakan perang terhadap kemiskinan, buta huruf dan keterbelakangan di seluruh dunia.
3. Secara berkelanjutan terus memperjuangkan tercapainya prinsip-prinsip yang dikumandangkan dalam Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
11. KTT Non Blok XI
1. Tempat dan waktu penyelenggaraan di Cartagena, Kolombia tanggal 18-20 Oktober 1995
2. Sebagai ketua GNB ialah Presiden Kolombia Ernesto Samper
3. KTT dihadiri 113 negara
4. Dalam KTT XI dibahas masalah; perubahan sikap dari konfrontatif menjadi sifat kooperatif, merumuskan sikap
GNB (non- aligned), restrukturisasi dan demokratisasi PBB, lingkungan hidup dan penghapusan/penjadwalan kembali utang negara-negara berkembang. Beberapa kesepakatan yang berhasil dibuat tertuang dalam Seruan dari Kolombia (The Calls from Colombia) yaitu:
1. Meneruskan perjuangan restrukturisasi dan demokratisasi serta penataan kembali PBB.
2. Menolak segala bentuk bantuan yang dikaitkan dengan politik oleh negara-negara maju.
3. Mengupayakan penghapusan senjata-senjata pemusnah massal
4. Melaksanakan kewajiban-kewajiban yang terkait dengan lingkungan hidup dan pembangunan PBB.
5. Mengajak seluruh negara di dunia untuk menghapuskan sisa-sisa kolonialisme dan imperialisme
6. Menghimbau negara-negar maju untuk menghuskan utang negara-negara berkembang yang berpenghasilan rendah.
7. Meningkatkan dialog Utara-Selatan dalam rangka kerjasama lebih adil yang saling menguntungkan
12. KTT Non Blok XII
Tempat dan waktu penyelenggaraan di Durban, afrika Selatan tanggal 3 -4 September 1998
Sebagai Ketua GNB ialah Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela
KTT dihadiri oleh 113 negara
Dalam KTT XII dibahas masalah; terorisme, PBB, kerjasama ekonomi. Beberapa keputusan yang diambil yaitu:
Menyerukan KTT internasional tentang terorisme.
Melanjutkan reformasi PBB.
Menghimbau pelucutan senjata nuklir
Mengupayakan peningkatan kapasitas keputusan GNB terhadap masalah-masalah dunia.
Menegaskan komitmen perlunya terus diupayakan peningkatan kerjasama selatan-selatan.
1. ASEAN
13. KTT Non Blok XIII
Tempat dan waktu penyelenggaraan di Kuala Lumpur, Malaysia tanggal 20 – 25 Februari 2003
Dalam KTT XIII membahas tentang:
1. Deklarasi Kuala Lumpur serta pernyataan sikap atas masalah Irak. Seiring dengan tema Gerakan Non Blok kali ini yaitu Revitalisasi Gerakan Non Blok, dalam Deklarasi Kuala Lumpur dinyatakan sudah tiba waktunya bagi gerakan ini untuk mengkaji peran susunan dan metode kerja Gerakan Non Blok, tujuannya agar Gerakan Non Blok bisa memperkuat posisi yang pada akhirnya akan membawa pengaruh positif bagi negara-negara anggotanya yang saat ini mayoritas negara berkembang.
2. Kemudian meningkatkan hubungan kerjasama yang lebih dinamis dengan negara industri maju berdasarkan ketelibatan yang konstruktif kemitraan yang luas dan saling menguntungkan KTT Gerakan Non Blok ini juga menghasilkan deklarasi mengenai Irak, para kepala negara dan kepala pemerintahan Anggota Negara Non Blok menyatakan keprihatinan terhadap konflik yang memanas di Timur Tengah khususnya Irak.
14. KTT Non Blok XIV
•Tempat dan waktu penyelenggaraan di Havana, Kuba 11– 16 September 2006
•Dalam KTT XIV membahas tentang memperjuangkan kepentingan bersama di segala bidang, termasuk pemanfaatan teknologi tinggi untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan rakyat di masing-masing negara anggotanya.
15. KTT Non Blog XV
•Tempat dan waktu penyelenggaraan di Sharm el-Sheikh Mesir, 15-16 juli 2009
•Hadir dalam KTT ini para kepala negara dan pejabat senior 118 negara anggota GNB, para utusan dari 17 negara peninjau dan puluhan organisasi internasional, termasuk Sekjen PBB.
•Dalam KTT XV membahas tentang kesetiaan negara-negara anggota untuk mendukung semua upaya memerangi segala bentuk terorisme di seluruh penjuru dunia. Deklarasi ini meminta semua negara di dunia untuk menaati aturan internasional dan sejumlah ratifikasi PBB dalam memerangi terorisme. Berdasarkan deklarasi tersebut, perdamaian yang berdasarkan keadilan harus memuat segala mekanisme puncak perdamaian, termasuk pendirian negara independen Palestina, penghentian pembangunan permukiman zionis di daerah-daerah Palestina dan kembalinya para pengungsi Palestina ke tanah airnya. Selain masalah itu yang paling penting di bahas dalam KTT ini adalah tindakan mengatasi krisis ekonomi global guna mencegah terulangnya krisis.