Rabu, 07 Maret 2012

Resensi Novel " Dendam Dukun Jalang "




1.    Identitas Buku
Ø Judul buku                                : Dendam Dukun Jalang
Ø Nama pengarang                       : Tara Zagita
Ø Tahun terbit                              : tidak dicantumkan
Ø Kota terbit                                : Jakarta
Ø Badan penerbit                         : Sinar Matahari
Ø Gambar sampul                      : Bergambar wanita cantik berbaju biru dan dibelakangnya terdapat ular hijau serta terdapat wajah dukun jalang yang mengintip di belakang pintu
Ø Tinggi buku                              : 16 cm
Ø Tebal buku                                : 35 halaman (0,6 cm)
Ø Jenis buku yang diresensi         : Fiksi yaitu Novel

2.    Sinopsis
Dukun berilmu tinggi yang bernama Madam Ladebra mencoba menggagalkan perkawinan Pramuda dengan Emafie. Namun usahanya itu dihalang-halangi oleh Kumala Dewi seorang dewi ular yang baik hati, bahkan Kumala berhasil membuat delapan pengawal iblisnya menjadi kalang kabut. Maka dari itu timbullah dendam di hati dukun berilmu hitam yang terkenal sadis itu.
Dewi ular mengetahui bahwa dirinya sedang diincar oleh dukun tersebut. Tapi sahabatnya yaitu Dewi Angora seorang dewi kucing, melarang Kumala menghadapi tantangan Madam Ladebra, karena ternyata dukun jahat itu telah berhasil menemukan pusaka milik ayahnya Angora yaitu batu intan biru. Kedahsyatan batu tersebut telah dibuktikan oleh si dukun bermata jalang dengan sadis.
Untuk mengetahui rahasia kelemahan batu intan baru, Dewi Angora harus melakukan “semedi nista”. Ia harus bercumbu terus menerus dengan pasangannya sampai mendapatkan bisikan ghaib yang membawa rahasia tersebut. Tapi selama menunggu Angora selesai semedi, ternyata ulah Madam Ladebra semakin menggila.
Namun dengan kecerdikan Kumala Dewi kejahatan Madam Ladebra sedikit bisa teratasi. Dia menyuruh para calon korban untuk bersembunyi diantara cermin-cermin karena kekuatan batu intan biru akan memantul jika mengenai cermin.
Setelah Dewi Angora mendapatkan bisikan ghaib yang isinya  bahwa batu intan biru dapat terkalahkan oleh potongan pusar bayi kembar, ia segera mencari benda tersebut. Akhirnya benda itu dapat diketemukan dan Dewi Angora dapat megalahkan dukun jalang yang jahat itu.

3.    Keunggulan dan kelemahan buku
a.      Keunggulan buku
Ø  Menggunakan majas yang menarik
Seperti pada paragraf berikut: “Namun ketika itu deru angin terasa aneh. Gemuruhnya menjadi seperti menggema ke mana-mana. Hembusan angin seperti berputar-putar tak tentu arah. Rintik hujan gerimis pun seakan lari ke sana sini. Lalu, terdengar suara dentum dahsyat dari langit. Cahaya petir berkilap cepat menoreh permukaan langit hitam. Jlegaar....! Blaaaannnnggg........
Ø  Gaya bahasa mudah dimengerti (menggunakan bahasa sehari-hari)
Seperti pada paragraf berikut: “Petir bisa berhenti?! Ooh, baru kali ini ku lihat petir bisa berhenti bergerak di atas sana?! Dan, ya ampun....?! ternyata anginpun berhenti bergerak?! Oh, ooh.... tak ada angin?!
Ø  Unsur-unsur intrinsik mudah dipahami dan jelas yaitu:
1) Tema                : Kedendaman
2) Alur                  :  Maju
3) Penokohan       : - Dewi Ular                : baik hati, cerdik, dan suka
  menolong
  - Dewi Angora           : baik hati, bersahabat, suka menasehati, dan rela berkorban
                               - Madam Ladebra     : Pendendam, licik, sadis, dan jahat
4) Seting                : a. Di rumah  Emafire® malam hari ® ricuh
                                b. Di dalam goa ® berhari-hari ® sunyi
                                c. Di pedesaan ® malam hari ® tegang, ricuh
                                d. DI istana Dewi Ular ® berhari-hari ® tegang
5) Sudut pandang             : orang ke-3 pelaku utama
6) Amanat              : Jangan suka mendendam kepada orang lain karena dendam pada akhirnya akan membawa dampak buruk bagi diri kita sendiri
b. Kelemahan buku
Ø  Sosial budaya pengarang kurang baik terbukti dengan cerita karangannya menggunakan perilaku tokoh protagonis yang tidak sesuai dengan atiran sosial, budaya, dan agama yaitu bercumbu dengan pasangan (bukan suami-istri) untuk mendapatkan bisikan ghaib.
Selain itu perilaku tokoh antagonis yang memilih “burung” (alat kelamin pria) sebagai perilaku sadisnya.
Ø  Kertas buku berwarna buram sehingga pembaca kurang menarik pembacanya.

4.    Pembelajaran yang bisa diperoleh
Isi buku ini kurang mendidik pembaca karena terdapat perilaku tokoh yang tidak boleh ditiru oleh pembaca yaitu bercumbu dengan bukan suami istri, meminta bantuan kepada makhluk halus, dan memotong burung (alat kelamin pria).
Namun dari amanatnya  kita dapat mengambil pelajaran bahwa dendam merupakan perbuatan tercela dan berdampak buruk bagi diri kita maupun orang lain.

5.    Penilaian terhadap isi buku
Isi buku layak dibaca sebagai hiburan dan pengisi waktu luang serta dapat diambil amanatnya. Namun perbuatan tokohnya tidak perlu dicontoh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar