Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah sosiologi yang berjudul “DIFERENSIASI SOSIAL” tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami
selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada
gading yang tak retak “, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami
selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Amin
Surabaya,
20 November 2011
PENYUSUN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kenyataan yang ada di dalam
masyarakat perbedaan-perbedaan yang terjadi memang secara kodrati telah ada.
Perbedaan tersebut yang membuat keseimbangan dan kedinamisan dalam hidup
bermasyarakat. Dengan perbedaan-perbedaan yang ada tersebut akan menyebabkan
pembagian tugas di dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perbedaan-perbedaan
dalam masyarakat tersebut ada yang bersifat vertical maupun horizontal. Pada
kesempatan ini kami akan membahas dan memaparkan perbedaan-perbedaan yang
terjadi dalam masyarakat yang bersifat horizontal daln biasa sisebut
diferensiasi sosial.
Dalam diferensiasi sosial
perbedaan-perbedaan tersebut mempunyai derajat yang sama dan seyogyanya saling
menghormati dalam perbedaan-perbedaan tersebut. Namun pada kenyataannya
perbedaan yang terjadi pada masyarakat tersebut sering menyebabkan terjadinya konflik.
Konflik-konflik tersebut dapat terjadi karena adanya diferensiasi sosial dalam
hal agama, etnik, ras, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Sehingga pada
kesempatan kali ini kami ingin mengkaji dan menganalisis
permasalahan-permasalahan yang terkait dengan diferensiasi sosial pada
masyarakat dengan harapan menemukan perpecahan masalah yang dapat diterapkan
dan berguna dengan baik. Oleh karena itu pada makalah ini kami mencoba mengulas sedikit mengenai
Differensiasi Sosial yang ada di lingkungan sekitar.
1.2 Batasan masalah
Dalam Pembuatan Makalah ini, penulis
hanya akan mengulas dan membatasi masalah seputar differensiasi sosial yang terjadi di
masyarakat desa Ringianyar.
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan,maka rumusan
masalah dari Makalah ini adalah :
·
Apa pengertian dari diferensiasi sosial?
·
Apa saja bentuk-bentuk dari diferensiasi sosial?
·
Apa penyebab terjadinya disorganisasi sosial?
·
Bagaimana konflik dapat timbul akibat perbedaan etnik?
·
Bagaimana cara mengurangi konflik akibat perbedaan etnik?
1.4
Tujuan Penelitian
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
·
Untuk mengetahui pengertian dari diferensiasi sosial.
·
Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari diferensiasi sosial.
·
Untuk mengetahui penyebab terjadinya disorganisasi sosial.
·
Untuk mengetahui konflik dapat timbul akibat perbedaan etnik.
·
Untuk mengetahui cara mengurangi konflik akibat perbedaan etnik.
1.5
Metode Penulisan Makalah
Metode penelitian dan pengumpulan data dalam makalah ini di lakukan
dengan sistim dokumentatif, yaitu mengambil referensi bahan dari beberapa
sumber yang telah di rangkum dan melakukan pengamatan di Desa Ringinanyar,
Blitar.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial
adalah pengelompokan masyarakat secara horisontal berdasarkan ciri-ciri
tertentu. Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara
bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu
lapisan tinggi, lapisan menengah dan lapisan rendah. Pengelompokan horisontal
yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut kemajemukan
sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan perbedaan profesi dan jenis kelamin
disebut heterogenitas sosial. Kalau kita memperhatikan masyarakat di
sekitar kita, ada banyak sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai. Dalam
penelitian kali ini kami melakukan di Desa Ringinanyar, di desa ini kami
menemui terjadinya diferensiasi, diferensiasi tersebut berupa perbedaan-perbedaan
antara lain dalam agama, ras, etnis, clan (klen), pekerjaan, budaya, maupun
jenis kelamin
1.2
Wujud Diferensiasi
Hal-hal yang dapat
membedakan antar kelompok manusia dalam masyarakat sangat beragam dan terus
berkembang dari masa ke masa, secara sistematis perbedaan sosial berdasarkan
sumbernya dapat dipilah sebagai berikut:
·
Alamiah
seperti perbedaan ras, jenis kelamin, usia, dan intelegensi.
·
Sosial
(lebih dipengarui oleh konstruksi sosial atau budaya) seperti perbedaan etnis,
gender, agama, dan kebudayaan.
. Di Desa Ringinanyar kami
mengidentifikasi bahwa masyarakat yang tinggal di desa terdebut itu merupakan
masyarakatnya bersifat heterogen, karena di desa tersebut terlihat banyak
terdapat bentuk diferensiasi sosial diantaranya diferensiasi dalam hal:
1.
Profesi
Masyarakat yang tinggal di Desa Ringinanyar ini ditemui bahwa memiliki profesi atau mata pencaharian yang beraneka
macam diantara profesi tersebut pertani
padi, petani lombok, petani jagung, petani tomat, petani tebu dan lain
sebagainya dengan keanekaragaman profesi tersebut
maka di masyarakat Desa Rringinanyar terjadi deferensiasi Sosial dalam hal profesi.
2.
Agama
Selain dalam hal profesi masyarakat Ringinanyar juga beragam dalam hal kepercayaan, terdapat lima kepercayaan yang ada
di desa ini antara lain: Agama Islam, Kristen, Protestan, Hindu dan Budha.
Dengan keanekaragaman profesi tersebut maka di masyarakat Desa Ringinanyar terjadi deferensiasi
Sosial dalam hal Agama.
3.
Gender
Tentunya dalam sebuah masyarakat terdapat deferensiasi berdasarkan gender
sehingga dalam pembagiaan tugas pun dapat kita lihat seperti: dalam pembagan
kerja saat becocok tanam biasanya Lelaki mendapatkan tugas untuk mencangkul,
memberikan pestisida. Dan membajak sawah. Sedangkan para wanita mendapatkan
tugas untuk menandur dan memanen hasil tanaman tersebut. dengan pembedaan
pembagian tugas tersebut maka di masyarakat Desa Ringinanyar terjadi deferensiasi Sosial dalam hal Gender.
4.
Usia
Usia adalah hal yang tidak dapat dihindari ketika seseorang dirasa kurang
produktif dalam masyarakat tersebut maka orang tersebut tergolong usia non
produktif. Dalam hal ini kelompok kami mengamati bahwa penduduk Desa Riginanyar yang non produktif
mendapatkan perlakuan khusus seperti lebih diayomi atau lebih dirawat oleh usia
Produktif. Sedangkan penduduk dalam usia produktif akan mencari pekerjaan guna
memenuhi kebutuhaan hidup,serta menagung keperluaan usia non produktif. Melihat
fenomena seperti ini maka di Desa Ringinanyar telah terjadi diferensiasi sisoal dalam hal Usia.
1.3 Konsekuensi Diferensiasi Sosial
Sepanjang perkembangan diferensiasi sosial tetap fungsional dan sifatnya
saling mengisi, ketidakpuasan dan perselisihan di masyarakat kecil kemungkinan
bakal tersulut. Tetapi ketika perbedaan dan perbenturan kepantingan mulai muncul serta
ditambah lagi dengan makin
menguatnya iakatan-ikatan primordial antara masing-masing kelompok, maka akan
terjadi sebuah konflik, bahkan konflik yang terjadi akan menjadi konflik
terbuka seperti halnya terjadi di Desa Ringinanyar ada seorang yang berprofesi
sebagai dokter dan ada yang berprofesi sebagai tukang bangunan, orang yang
berprofesi sebagai tukang bangunan sering kali memiliki sifat iri terhadap
orang yang berprofesi sebagai dokter.
1.4 Pengertian dan Penyebab Disorganisasi Sosial
·
Pengertian Disorganisasi Sosial
Disorganisasi sosial adalah suatu proses sosial kontinu
yang memanifestasikan aspek tekanan
batin, ketegangan, bencana batin dari pada suatu sistem sosial. Disorganisasi Sosial (social disorganization) merupakan kebalikan dari Organisasi Sosial (social organization), bahkan tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa untuk
memahami konsep social disorganization perlu pula memahami konsep Social
organization. Social organization ditandai oelh
adanya hubungan yang harmonis antara elemen yang berbeda dalam suatu sistem
sosial. Hal yang sebaliknya dapat digunakan untuk mendefiniskan socila
disorganization, yaitu apabila proses interaksi sosial dan fungsi yang efektif
dari kelompok terpecah atau dapat juga dikatakan proses terpecahnya hubungan
antar kelompok dalam suatu masyarakat
·
Penyebab
Terjadinya Disorganisasi Sosial
Dalam suatu masyarakat, termasuk masyarakat yang
ada di Desa Wringin Anyar sering kali terjadi proses disorganisasi sosial,
terjadinya disorganisasi sosial sekurang-kurangnya disebabkan oleh 3 faktor :
1.
Faktor Politik
Hubungan antar kelompok yang semula hidup rukun suatu saat bisa berubah
menjadi penuh konflikketika di dalamnya di beri muatan politik.
Contoh: Seperti halnya masyarakat yang ada di Desa Ringianyar ketika pada
saat terjadi pemilu, baik itu pemilu dalam memilih kepala desa maupun pemilu
dalam memilih bupati, di masyarakat ini sering terjadi konflik baik antara
individu dengan individu, maupun kelompok dengan kelompok yang disebabkan
karena mereka memiliki pandangan
berbeda mengenai calon yang mereka pilih.
2.
Faktor Ekonomi
Perbedaan antar kelompok bisa berubah menjadi permusuhan atau sikap
antipati ketika perbedaan antara masing-masing kelompok itu bersejajaran dengan
kesenjangan kelas ekonomi.
Contoh: Seperti halnya di masyarakat Desa Ringianyart, diantara masyarakat
tersebut sering terjadi konflik (disorganusasi sosial) dikarenakan karena
faktor ekonomi, bahkan disorganisasi sosial itupun ada yang terjadi di satu
keluarga (antar anggota keluarganya sendiri) hal itu terjadi karena faktor
pembagian hak waris yang salah satu anggota keluarganya merasa pembagian hak
warisnya tidak adil.
3.
Faktor Sosial Budaya
Yang dimaksud faktor sosial budaya di sini terutama adanya ikatan
primordialisme antara kelompok satu dengan kelompok yang lain atas dasar
solidaritas etnis, ras, kelas, perbedaan budaya.
Contoh: masyarakat yang ada Desa Ringianyar pernah terjadi disorganisasi
sosial karena faktor budaya yaitu ketika ada anggota masyarakat baru yang masuk
dan bertempat tinggal menetap di desa tersebut, anggota masyarakat yang baru
tersebut tidak bisa menyesuaikan diri
dengan budaya yang ada di Desa Ringianyar.
1.4
Timbulnya Konflik
Konflik
adalah keadaan dimana interaksi tidak berlangsung menurut nilai dan norma sehingga
terjdi pertentangan atu pertikaian atas dasar berbagai kepentingan yang berbeda.
Konflik merupakan proses atau keadaan dimana dua pihak atau lebih berusaha
menggagalkan tujuan pihak lain kerena ada perbedaan pendapat, atau
tuntutan-tuntutan masing-masing pihak.
Dalam hal ini diferensiasi sosial bisa juga
menimbulkan suatu konflik seperti contoh di desa Ringinanyar terdapat etnik
Jawa dan Cina yang memiliki kebudayaan brbeda. Etnik Cina yang mayoritas
beragama Konghuchu tidak disenangi oleh masyarakat dari etnik Jawa asli. Sebab
mereka yang mempunyai usaha sebagai penjual makanan siap saji tidak menggunakan
kaidah islam yang menginginkan makanan halal. Para etnik Cina ini menjual
makanan seperti bebek, ayam, dan lain sebagainya tanpa disembelih. Masyarakat
sekitar merasa tidak nyaman dengan hal ini sehingga timbullah konflik diantara
kedua etnik ini.
Konflik semacam ini bisa terjadi karena tidak
adanya perasaan paling benar mengenai kebudayaan yang dianut oleh masing-masing
pihak. Mereka berusaha menggagalkan tujuan/usaha dari etnik lain yang mempunyai
kebudayaan berbeda.
1.6. Upaya Mengurangi Konflik
Konflik dapat dikatakan
merupakan suatu yang sementara sifatnya. Jika suatu konflik dapat diatasi, maka
masyarakat dapat kembali kearah integrasi dan keteraturan.
Konflik pada dasarnya bukan suatu hal
yang diinginkan. Oleh karena itu, jika terjadi konflik dalam suatu kelompok
atau masyarakat, mereka harus segera diatasi.
Cara-cara untuk mengatasi konflik:
a.
Memaksa pihak-pihak yang bertikai untuk segera mengakhiri
konflik
b.
Memaksa pihak-pihak yang bertikai untuk berunding
c.
Menggunakan jasa mediator (penengah)
d.
Meminta bantuan pihak ketiga
e.
Mempertemukan keinginan-keinginan pihak yang bertikai
demi tercepainya tujuan bersama yang diprakarsai penitia tetap
f.
Menganjurkan bertoleransi kepada kelompok-kelompok sosial
yang berbeda
g.
Mengadakan gencatan senjata
h.
Membawa kasus ke pengadilan
i.
Penyesuaian kembali
Dalam
kasus pertikaian antar etnik jawa dan cina diatas upaya yang dilakukan untuk
menurangi terjadinya konflik yaitu dengan cara paksaan. Etnik jawa yang
merupakan entik mayoritas di kabupaten Blitar memaksa etnik Cina agar menjual
makanan-makanan yang halal. Mereka mengancam akan membakar restoran tersebut
apabila tidak mematuhi norma yang berlaku secara umum. Dan akhirnya dengan
terpaksa etnik cina tersebut harus membeli daging ayam/sapi/bebek yang telah
disembelih oleh orang muslim yang mereka beli di pasar Blitar. Dengan jalan ini
akhirnya konflik diantara kedua belah pihak dapat terselasaikan.
1.7 Contoh Diferensiasi Sosial yang Kami Identifikasi di Lingkungan
Sekitar
Contoh diferensiasi sosial
yang kami identifikasi yaitu diferensiasi yang terjadi di desa Ringinanyar,
kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Di desa ini merupakan suatu desa yang
memiliki keragaman diferensiasi dalam berbagai hal seperti agama, aliran agama,
pekerjaan, jenis kelamin, usia, etnik, kebudayaan, dan lain sebagainya.
Wujud diferensiasi sosial yang terjadi di
desa Ringianyar yaitu:
a.
Agama: Islam & Kristen
b.
Aliran agama: Nahdlatul Ulama’& Muhammadiyah
c.
Jenis kelamin: Laki-laki & Perempuan
d.
Pekerjaan: pertani padi, petani lombok, petani jagung, petani tomat,
petani tebu dan lain sebagainya
e.
Usia: Balita, Anak-anak, Remaja, Dewasa, Tua
f.
Etnik: Jawa, Cina, & Thailand
g.
Kebudayaan: Jawa (asli kebudayaan Ringianyar), Islam Jawa
(dianut masyarakat NU), Islam Arab (dianut masyarakat Muhammadiyah), Konghuchu
(dianut masyarakat Cina), Kristen (dianut masyarakat kristen).
Dalam diferensiasi sosial tidak jarang
menimbulkan suatu dampak negatif seperti konflik sosial dan perpecahan. Pada
masyarakat desa Ringianyar, untuk mengurangi dampak tersebut ditumbuhkan rasa
toleransi yang tinggi pada masyarakat dengan cara saling menghormati dan tidak
mengganggu jalannya masing-masing perbedaan selama tidak bertentangan
keras/merugikan masyarakat secara umum.
Dalam masyarakat yang heterogen seperti desa
Ringianyar seperti ini tidak jarang menimbulkan suatu konflik sosial. Contoh
konflik sosial yang kami anngkat dalam kasus ini yaitu konflik yang terjadi
antara aliran agama Islam Nahdlatul Ulama’ dan Muhammadiyah. Konflik soaial ini
dapat terjadi karena perbedaan kebudayaan/pandangan yang mereka anut. Dalam
Nahdlatul Ulama’ mempunyai kebudayaan mendo’akan orang yang sudah meninggal
seperi tujuh harian, empat puluh harian, seribu harian, dan haul. Namun dalam
Muhammadiyah tidak terdapat acara semacam ini. Dari perbedaan inilah timbul
suatu konflik di desa ringianyar karena antar pengikut aliran saling
mengejek/menghina satu sama lain. Pengikut Nahdlatul Ulama’ menghina pengikut
muhammadiyah karena membiarkan keluarganya yang telah meninggal tanpa diadakan
selamatan (tahlilan) seperti hewan yang dibiarkan saja meninggal. Dan
sebaliknya pengikut Muhammadiyah juga mengejek/menghina pengikut Nahdlatul
Ulama’ acara tahlilan/do’a kepada orang yang telah meninggal itu merupakan
suatu yang Bid’ah dan haram hukumnya. Karena saling menghina satu sama lain
akhirnya timbullah konflik diantara ke-2 aliran agama Islam ini.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi konflik
dalam kasus ini yaitu harus adanya toleransi yang tinggi diantara kedua belah
pihak. Tidak boleh ada perasan paling benar diantara kedua belah bihak, kerena
suatu keyakinan merupakan suatu yang paling benar menurut penganut keyakinan
itu sendiri. Dan itu tidak dapat dipaksakan satu sama lain. Sehingga upaya
untuk mengurangi konflik agar konflik tidak semkin meluas diantara kedua belah
pihak yaitu dengan mengedepankan perasaan saudara (integrasi) sebagai sesama
penganut agama Islam.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Diferensiasi sosial adalah pengelompokan masyarakat secara horisontal
berdasarkan ciri-ciri tertentu. Sehingga
diantara perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam diferensiasi soaial ini
mempunyai tingkat derajad yang sama diantara perbedaan-pebedaan tersebut.
Contoh diferensiasi sosial yaitu Agama, Jenis Kelamin, Profesi, Ras, Etnik, dan
lain sebagainya. Dalam diferensiasi sosial tidak jarang menimbulkan motivasi
terjadinya konflik sehingga untuk menekan konflik tersebut perlu adanya sikap
toleransi yang tingi dalam masyarakat.
Mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas
sosial lain atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lain. Dalam mobilitas sosial terdapat 2 jenis gerakan sosial
yaitu mobilitas vertikal (dari kedudukan rendah ke tinggi / sebaliknya) &
mobilitas horisontal (dalam lapisan sosial yang sama / mendatar).
Konflik adalah keadaan
dimana interaksi tidak berlangsung menurut nilai dan norma sehingga terjdi
pertentangan atu pertikaian atas dasar berbagai kepentingan yang berbeda.
Konflik merupakan proses atau keadaan dimana dua pihak atau lebih berusaha
menggagalkan tujuan pihak lain kerena ada perbedaan pendapat, atau
tuntutan-tuntutan masing-masing pihak
1.2 Saran
Dalam
hal ini kami menyarankan kepada pembaca agar selalu berfikap positif dalam
menyikapi adanya diferensiasi soaial. Karena pada hakikatnya manusia memang
diciptakan beraneka ragam untuk saling mengisi dan melengkapi. Sehingga kita
harus mengedepankan sikap toleransi agar konflik yang diakibatkan kerena adanya
diferensiasi soaial tidak terjadi.
REFERENSI
·
Subakti, A. Ramlan
dkk. 2011. Sosiologin Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
·
Saptono, Bambang.
2006. Sosiologi. Jakarta: Phibeta
·
Sutomo dkk.
2009. Sosiologi. Malang: Graha Indotama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar